1 KOMUNIKASI III HISTORY TAKING --
ANAMNESIS
(Dhani Redhono*, Wachid Putranto*,
Veronika Ika Budiastuti**)
*Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta /RSUD
dr Moewardi Surakarta, **Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta
2
TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari
keterampilan History Taking/ Anamnesis ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mendapatkan riwayat medis
(bio-physical history) secara komplet dan akurat , dengan tujuan untuk
mengenali suatu pola yang bisa mengarah pada suatu penyakit.
2. Menyusun suatu wawancara medis
yang efektif dan efisien dalam segi waktu tetapi tetap dapat meningkatkan
proses ”diagnostic reasoning”.
3. Mengikutsertakan pasien dalam
suatu proses interaktif, meningkatkan pemahaman pasien, serta menjaga hubungan
baik dengan pasien.
STRUKTUR KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN
Pada modul-modul komunikasi
terdahulu telah diuraikan mengenai struktur komunikasi dokterpasien yang
terdiri dari 3 hal yang harus berjalan secara paralel, yaitu : THE CAMBRIDGE
CALGARY OBSERVATION GUIDE After Silvermann, Kurtz dan Draper Dari diagram di
atas dapat dilihat bahwa tahap komunikasi dokter-pasien meliputi :
1. Memulai wawancara (initiating
the session)
2. Mengumpulkan informasi
(gathering information)
3. Penjelasan dan perencanaan
(explanation and planning)
4. Menutup wawancara (closing the
session).
Kemudian pada saat melaksanakan tahap – tahap
komunikasi dokter pasien tersebut ada dua hal yang harus selalu diperhatikan,
yaitu :
Kemampuan menjalin hubungan /
sambung rasa dengan pasien (building the relationship).
Kemampuan menstruktur wawancara
(structuring the consultation).
Kemampuan menjalin hubungan dan
kemampuan menstruktur wawancara harus selalu digunakan (secara tepat) pada tiap
tahap komunikasi dokter-pasien.
Bisa dikatakan ketiga hal tersebut
harus bisa berjalan secara paralel pada saat wawancara sedang berlangsung.
Pada modul Komunikasi III (HISTORY
TAKING/ ANAMNESIS) ini akan dibahas lebih lanjut mengenai proses mengumpulkan
informasi (gathering information). Proses pengumpulan informasi ini lebih
lanjut akan disebut sebagai proses ANAMNESIS.
Anamnesis yang baik harus mengacu
pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan berpedoman pada empat pokok pikiran
(The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven).
Yang dimaksud dengan empat pokok
pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan cara mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Sebelum melakukan anamnesis lebih
lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah identitas pasien, yaitu umur,
jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.
- Riwayat Penyakit Sekarang, Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan.
- Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu : 4
1. Lokasi
(dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset /
awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas
keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas
keluhan (rasa seperti apa ?)
5. Faktor-faktor
yang memperberat keluhan.
6. Faktor-faktor
yang meringankan keluhan.
7. Analisis
sistem yang menyertai keluhan utama.
Anamnesis secara
sistematis ini akan dibahas secara rinci, yaitu :
- Lokasi Sakit
Seorang
penderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu ditanyakan lebih lanjut
secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu penderita diminta
menunjukkan dengan tangannya, dimana bagian yang paling sakit dan penjalarannya
ke arah mana. Bila pusat sakit di tengah (linea mediana) dicurigai proses
terjadi di pankreas dan duodenum, hati,
kandung empedu;®
lambung; sebelah kanan ®duodenum; sebelah kiri
hati, oesofagus, paru, pleura dan jantung.®di atas . Penjalaran nyeri tepat lurus di belakang
menunjukkan adanya proses di pankreas atau
lambung dan duodenum; bawah®duodenum dinding belakang; di punggung lebih ke
atas duodenum, kandung empedu,®
kandung empedu; bahu kanan ®belikat kanan
diafragma kiri.®diafragma kanan; bahu kiri
2. Onset dan
kronologis Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung
berapa lama. Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang
timbul atau menetap. Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul. Misalnya
bila nyeri ulu hati timbul secara
dispepsia®
ulkus peptikum dan tiap pagi ® curiga ulkus peptikum, malam hari ®ritmik non ulkus.
3. Kualitas
(sifat sakit) Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan,
misalnya rasa sakit yang tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih,
diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi organ. Rasa sakit yang tumpul (dull)
seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu yang bergerak biasanya menunjukkan proses pada organ yang
berongga (saluran cerna, empedu). Rasa sakit yang tidak khas menunjukkan organ
padat (hati, pankreas).
4. Kuantitas
(derajat sakit) Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita.
Hal ini tergantung dari penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena
dipengaruhi antara lain kepekaan seorang penderita terhadap rasa sakit, status
emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya. Dapat ditanyakan apakah sakitnya
ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya mengganggu kegiatan sehari-hari,
pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.
5. Faktor yang
memperberat keluhan. Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit,
seperti aktifitas makan, fisik, keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/
minuman tertentu yang menambah sakit, seperti makanan pedas asam, kopi, alkohol
panas, obat dan jamu. Bila aktifitas makan/ minum menambah sakit menunjukkan
proses di saluran cerna empedu dan pankreas. Aktifitas fisik dapat menambah
sakit pada pankreatitis, kholesistitis, apendisitis, perforasi, peritonitis dan
abses hati. Batuk, nafas dalam dan bersin menambah sakit pada pleuritis.
6. Faktor yang
meringankan keluhan. Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan
sakit, misalnya dengan minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan adanya
inflamasi di saluran cerna bagian atas. Bila posisi membungkuk dapat mengurangi
sakit menunjukkan proses inflamasi dari pankreas atau hati.
7. Keluhan yang
menyertai Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai dan
faktor pencetusnya, misalnya bila penderita mengeluh nyeri ulu hati, yang perlu
ditanyakan lebih lanjut adalah :
- Apakah keluhan
tersebut berhubungan dengan aktifitas makan ?
- Bagaimana
buang air besarnya, adakah flatus ?
- Adakah ikterik
?
- Adakah
pembengkakan, benjolan atau tumor, atau nyeri tekan ?
- Adakah demam,
batuk, sesak nafas, nyeri dada, berdebar-debar, keringat dingin atau badan
lemas ?
- Adakah
penurunan berat badan ?
Dalam anamnesis
alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan
sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four & Sacred Seven.
2. Mulai
berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit apa, sehingga
pengetahuan anatomi dan fisiologi harus dikuasai dengan baik.
3. Anamnesis
menggunakan keterampilan interpersonal sehingga dibutuhkan pengetahuan
sosiologi, psikologi dan antropologi.
2. Riwayat
Penyakit Dahulu Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya,
bila dan kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja,
serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik
(hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi,
riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).
3. Riwayat
Penyakit Keluarga Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit
keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau
riwayat penyakit yang menular.
- Riwayat sosial dan ekonomi Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok, obatobatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).
Dari penjelasan ”ANAMNESIS” dapat
dipahami .
A. TAHAP – TAHAP ANAMNESIS yang
terdiri atas:
1. Initial exploration : Berisi
keluhan utama pasien.
2. Further exploration : Untuk
menggali lebih dalam mengenai keluhan pasien, baik dari sisi penyakit maupun
perspektif pasien. 8 3. Essential background information.
B. ISI (content) yang terdiri atas
: 1. Disease framework 2. Illness framework Baik disease framework maupun
illness framework termasuk dalam tahap further exploration. Dari dua bagan di
atas dapat kita lihat pula bahwa tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred
Seven) merupakan bagian dalam ”disease framework”, dan berguna untuk mencari
kemungkinan penyakit apa yang diderita pasien. Untuk empat pokok pikiran (The
Fundamental Four) dapat kita jabarkan sebagai berikut : Riwayat Penyakit
Sekarang (RPS) bagian dari ”initial exploration”; Riwayat Penyakit Dahulu
(RPD), Riwayat Kesehatan Keluarga serta Riwayat Sosial dan Ekonomi merupakan
bagian dari ”essential background information”.
KETERAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
DALAM MELAKUKAN ANAMNESIS KETERAMPILAN MENGEKSPLORASI MASALAH PASIEN :
1. Memberi kesempatan pada pasien
untuk menceritakan permasalahan yang dihadapinya (dengan kata – kata pasien
sendiri).
2. Gunakan pertanyaan terbuka dan
tertutup secara tepat. Mulailah dengan pertanyaan terbuka terlebih dahulu, baru
diikuti dengan pertanyaan tertutup.
3. Dengarkan dengan penuh
perhatian. Berilah kesempatan pada pasien untuk menyelesaikan ceritanya, dan
jangan menginterupsi.
4. Berilah kesempatan pada pasien
untuk memberikan respons baik secara verbal maupun nonverbal. Tehnik yang
digunakan bisa pemberian dukungan/ dorongan, adanya pengulangan, paraphrasing,
interpretasi, dll.
5. Mengenali isyarat verbal dan non
verbal yang ditunjukkan oleh pasien.
6. Mengklarifikasi pernyataan pasien
yang kurang jelas, atau yang membutuhkan suatu keterangan tambahan.
7. Secara berkala buatlah ringkasan
dari pernyataan yang dibuat pasien untuk memverifikasi pengertian anda.
Mintalah pasien untuk mengkoreksi pernyataan anda, atau mintalah pada pasien
untuk memberikan keterangan tambahan bila diperlukan.
8. Gunakan pertanyaan yang ringkas
dan mudah dipahami. Hindari menggunakan istilah – istilah medis yang tidak
dipahami pasien.
9. Buatlah urutan waktu suatu
kejadian.
CONTOH KASUS Seorang laki-laki umur 24 tahun
mengeluh nyeri pinggang. Anamnesis yang sistematis adalah : Dengan menggunakan
pertanyaan terbuka, galilah mengenai keluhan utama pasien, yaitu pada kasus ini
adalah :
Nyeri pinggang. Pada penggalian informasi
lebih lanjut tanyakan :
1. Lokasi nyeri : pertengahan
daerah lumbal kadang-kadang menjalar ke tungkai atas dan kaki kanan
2. Onset & kronologi :
berangsur-angsur sejak bekerja di kebun, sudah dirasakan selama 3 hari,
memburuk waktu sore, membaik waktu pagi.
3. Kuantitas nyeri : ringan, namun
tidak dapat bekerja, karena rasa kurang nyaman
4. Kualitas nyeri : nyeri tumpul.
5. Faktor pemberat : bertambah
nyeri bila digerakkan, masuk kendaraan dan batuk,
6. Faktor peringan : bila diam
terlentang.
7. Gejala yang menyertai : kaku Sistem
saraf perifer : Tidak ada kelemahan atau perubahan sensorik Sistemik : Tidak
ada demam
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat jatuh disangkal
- Riwayat batu ginjal disangkal
Riwayat sosial: Pasien tinggal sendiri,
bekerja sebagai salesman, dalam sepekan pada akhir minggu mengelola sebuah
peternakan kecil., hobi bermain bowling.
Keuangan : Tidak mempunyai asuransi
kesehatan.
11 CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
ANAMNESIS/ HISTORY TAKING
No ASPEK PENILAIAN SKOR 0 1 2
MEMBUKA WAWANCARA
1 Menyapa pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Menunjukkan sikap hormat dan
respek pada pasien
4 Mengidentifikasi dan
mengkonfirmasi permasalahan pasien
5. Menegosiasikan agenda konsultasi
ANAMNESIS
6 Menanyakan identitas penderita
7 Menanyakan keluhan utama
8 Menanyakan lokasi
9 Menanyakan onset dan kronologi
10 Menanyakan kualitas keluhan
11 Menanyakan kuantitas keluhan
12 Menanyakan faktor-faktor
pemberat
13 Menanyakan faktor-faktor
peringan
14 Menanyakan gejala penyerta
15 Menanyakan riwayat penyakit
dahulu
16 Menanyakan riwayat kesehatan
keluarga
17 Menanyakan riwayat sosial
ekonomi
18 Menanyakan kebiasaan pribadi
19 Penggunaan bahasa yang mudah
dipahami pasien
20 Menggunakan pertanyaan terbuka
secara tepat
21 Menggunakan pertanyaan tertutup
secara tepat MENUTUP WAWANCARA
22 Menanyakan pada pasien apakah
ada hal yang terlewat
23 Menutup wawancara dengan membuat
suatu ringkasan
24 Membuat kesepakatan dengan
pasien (contracting) SAMBUNG RASA DENGAN PASIEN
25 Menunjukkan tingkah laku (non
verbal) yang sesuai
26 Bila melakukan kegiatan lain
(misal melihat catatan atau menulis), tidak sampai mengganggu proses wawancara
dengan pasien.
27 Tidak menghakimi
28 Memberikan empati dan dukungan
terhadap pasien
29 Tampak percaya diri KETERAMPILAN
MENSTRUKTUR WAWANCARA
30. Menggunakan signposting
31 Menjalankan wawancara dengan
urutan yang logis/ tepat
32 Memperhatikan waktu
JUMLAH SKOR
12 Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau
bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena situasi yang tidak
memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
Nilai Mahasiswa = Jumlah Skor x
100% 64
13 PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER
(Oleh: Sugiarto*, Dhani Redjono*, Yuliana
HS)
A. PENDAHULUAN Dalam upaya penegakkan
diagnosis, seorang klinisi harus menguasai bagaimana melakukan anamnesis
(wawancara) dan pemeriksaan fisik yang sistematis dan benar. Banyak hal yang
dapat digali pada anamnesis sehingga dengan anamnesis yang baik, seorang dokter
dapat mengarahkan kemungkinan diagnostik pada seorang penderita, sehingga dalam
melakukan pemeriksaaan fisik dapat melakukannya secara cermat dan sistematis.
Pemeriksaan fisik yang pertama kali dilakukan adalah memeriksa keadaan umum dan
tanda vital, kemudian pemeriksaan kepala dan leher.
B. PEMERIKSAAN KEPALA Pada saat
melakukan pemeriksaan pada kepala posisi penderita duduk berhadapan dengan
pemeriksa dengan mata sama tinggi dengan penderita. Pertama kali yang dilihat
adalah bentuk dan ukuran kepala, apakah terdapat hidrosefalus, mikrosefalus
atau mesosefal, apakah terdapat tonjolan tulang, apakah terdapat asimetri pada
kepala dan wajah.
C. PEMERIKSAAN WAJAH Pada
pemeriksaan ini dapat dilihat apakah pucat, sianosis atau ikterik. Pucat
kemungkinan adanya insufisiensi aorta atau anemia, sianosis mungkin terjadi
pada penderita dengan cacat jantung bawaan dan ikterik mungkin dapat disebabkan
oleh hepatitis atau tumor pankreas.
14 Penampilan wajah sering
merupakan ciri suatu penyakit, misalnya fasies leonina yang terjadi pada
penderita kusta. Wajah mongoloid maupun pada penyakit Parkinson sangat khas,
yaitu wajah tanpa ekspresi/ wajah topeng. Adanya asimetri wajah menunjukkan
kemungkinan adanya kelumpuhan pada syaraf kranial terutama nervus fasialis atau
Bells palsy. Asimetri pada wajah dapat mengarahkan adanya kelainan pada
kelenjar parotis akibat parotitis ataupun tumor pada parotis.
Berbagai penyakit wajah: facies
mongoloid pada Down Syndrome,
paralisis nervus facialis pada Bells
Palsy, parotitis, facies leonina pada
Morbus Hansen , Malar rash pada SLE 15
Sourrce :
Untuk
info Herbal hubungi :
Rumah
Sehat Thera Afiat
Jl.
Kelapa Sawit Blok D/D No. 15
Samping
Pusat Kajian Al Quran dan Informasi Islam
Kelapagading
Telp./WA 08111494599
08788
3171247
Pin
28303BAC
Source:
(DATA DIATAS MASIH DALAM TAHAP
EDITORIAL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar