Blog ini membahas ilmu herbal yang dikupas secara ilmiah modern terkini dengan ilmu medis.
Kamis, 16 Juni 2016
Reaksi Imun Berlebih
Hipersensitivitas : Reaksi imun berlebih
Penyebabnya : Antigen (Agen penyebab inflamasi/patogen) yang masuk ke dalam tubuh berlebihan atau Sistem imun terlalu berlebihan
Hipersensitivitas tipe 1 (tipe cepat : sensitisasi, reaksi igE, Mast Cell, dan reaksi alergi), 2 (Sitotoksik), 3 (Komplek Imun), dan 4 (Delayed tipe/tipe lambat)
Hipersensitivitas tipe 1,2 dan 3 merupakan reaksi Humoral : Reaksi anatar antigen dan antibodi
Perbedaan antara sistem imun dan antibody
Sistem imun : Limfosit T (Tymus) yang akan menghilang pada usia >25 tahun/30tahun (Sherwood). Jika menetap bisa menjadi tumor mediastinum.
Antibodi : Limfosit B (Bone/sumsum tulang/banyak diproduksi di paha) menciptakan serum berupa Antibodi yang akan membunuh antigen.
Limfosit T :
- T Helper (informan)
- T Sitotoksik (membunuh jika ada musuh)
- T Regulator (Mematikan sitotoksik/apoptosis)
- T Memory (Klasifikasi mana musuh mana kawan)
Sel imun dibagi menjadi 2
- Sellular Limfosit T : “Sekolah” di tymus turun tangan langsung membunuh musuh
- Humoral Limfosit B : Tidak turun tangan langsung hanya menghasilkan antibodi
Hipersensitivitas Tipe 1
- Melibatkan IgE : Sel B yang bersifat humoral seharusnya dalam tubuh rendah
- Menimbulkan reaksi alergi : anafilatik (antibiotik), inhalan, injektan, kontaktan, ingestan
- Sel yang terlibat : sel plasma (ada di tonsil, sinusoid, jaringan limfoid, sepanjang mukosa saluran napas dan cerna), mast Cell (luar pembuluh darah), Basofil (di dalam sirkulasi pembuluh darah)
- Terapi : menghindari antigen/alergan + konsumsi antigenotoxic
Cross Linking
- Paparan pertama : reseptor mast sel bertemu langsung dengan antigen/alergen : tidak menimbulkan apa-apa
- Paparan kedua : Cross linking : Reseptor sel Mast berikatan dengan IgE antibodi kemudian igE antibodi berikatan dengan antigen/alergen sehingga menimbulkan reaksi alergi akibat dari kematian sel mast bersama antigen/alergen sehingga menghasilkan mediator radang salah satunya histamin.
Cross Linking
Mediator yang dihasilkan : histamin : vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler, penyempitan bronkus, edema mukosa, dan hiperseksresi
- Eusinofil : hanya terangsang oleh IL3 dan IL5 yang diproduksi oleh sel Mast yang terangsang oleh igE atau sel T helper yang berkenaan dengan denditrik yang berikatan dengan antigen/alergen.
Hipersensitivitas Tipe 2
Opsonisasi dan Fagositosis (Menyebabkan dirinya terbunuh)
Deskripsi : ada 2 sel. Sel A dan Sel B. Reseptor sel A berikatan dengan antibodi merangsang pembentukan complement (bisa berupa bekuan darah dsb/terbentuk di hati) sehingga sel A dianggap asing dan difagositosis (dimakan) oleh sel B
2. Complement dan Fc Reseptor, memediasi terjadinya inflamasi (Menyebabkan sel lain terbunuh)
Deskripsi : ada 3 sel, sel A, sel B dan Sel C. Reseptor sel A berikatan dengan antibodi, kemudian antibodi yang berikatan dengan sel A berikatan lagi dengan sel B (seharusnya reseptor sel A berikatan langsung dengan complement). Kemudian merangsang aktivasi complement dan memproduksi C5a dan C3a. Kemudian terjadi direct communication antara sel A dan sel C yang menyebabkan sel C meradang
3. Antibodi menyebabkan disfungsi sel/menghalangi fungsi sel lain (Menyebabkan sel lain kehilangan fungsi)
- Contoh 1 Graves’ disease (Hipertiroid/autoimun hormon tiroid terlalu aktif) : Antibodi mengaktivasi reseptor tanpa adanya hormon fisiologis, dimana antibodi terhadap reseptor TSH menstimulasi sel tiroid bahkan tanpa keberadaan hormon tiroid sehingga menghasikan hormon tiroid yang berlebihan.
- Contoh 2 myasthenia gravis (otot gagal berkontraksi/kelemahan otot) : Pada antibodi terhadap reseptor hormon yang dapat menghambat fungsi reseptor; pada beberapa kasus myasthenia gravis (otot gagal berkontraksi), antibodi terhadap reseptor asetilkolin menghambat transmisi neuromuskular dan menyebabkan paralisis.
Http://herbalismedik.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar