Penyakit Miastenia Gravis (Myasthenia Gravis)
Miastenia Gravis adalah kelainan autoimun kronis dari transmisi neuromuskular yang ditandai dengan kondisi otot rangka yang lemah. Miastenia Gravis disebabkan karena terjadinya kekacauan penyimpangan antara saraf dan otot (neuro muscular junction disorder), yang antara lain memengaruhi kekebalan tubuh manusia. Secara sederhana bisa disebut kekacauan penyimpangan antara saraf dan otot, yang antara lain memengaruhi kekebalan tubuh manusia.
Miastenia Gravis dapat menyerang otot apa saja, tapi yang paling umum terserang adalah otot yang mengontrol gerakan mata, kelopak mata, mengunyah, menelan, batuk dan ekspresi wajah. Bahu, pinggul, leher, otot yg mengontrol gerakan badan serta otot yang membantu pernafasan juga dapat terserang.
Miastenia Gravis menyebabkan terjadinya kelemahan progresif dan menyebar pada otot skeletal, yang bertambah buruk setelah beraktivitas dan melakukan gerakan yang berulang-ulang. Miastenia Gravis dapat muncul setelah terjadi ledakan kemarahan dan mengalami remisi secara periodik yang tidak dapat diramalkan. Di dalam ilmu kedokteran penyakit saraf (neurologi), MG termasuk jenis penyakit sulit yang tingkat kegawatannya tinggi. Penderita mengalami kelumpuhan otot secara bertahap dan jika akut akan mengalami gagal napas yang bisa mengakibatkan kematian
Miastenia Gravis (MG) termasuk penyakit langka. Penderitanya boleh dibilang 1 di antara 1.000. Miastenia Gravis dapat menyerang semua usia, namun paling banyak ditemukan pada usia antara 20 sampai 40 tahun. Miastenia Gravis lebih banyak menyerang wanita dibanding pria, yaitu 3:1, tetapi setelah usia 40 tahun, penyakit ini tampaknya dapat menyerang pria maupun wanita secara seimbang. Sekitar 20% bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita Miastenia Gravis akan memiliki miastenia yang tidak menetap/transient (kadang permanen).
Penyakit ini akan muncul bersamaan dengan gangguan sistem kekebalan dan gangguan tiroid; sekitar 15% penderita miastenia gravis mengalami thymoma(tumor yang dibentuk oleh jaringan kelenjar thymus). Remisi terjadi pada 25% penderita penyakit ini.
Perjalanan klinis dari Myasthenia Gravis sangat bervariasi antara pasien satu dengan yang lainnya. Dari sekian banyak pasien Myasthenia Gravis, 14 % hanya dengan gejala-gejala mata saja yang mengarah pada ocular Myasthenia Gravis.
Perjalanan klinis dari Myasthenia Gravis sangat bervariasi antara pasien satu dengan yang lainnya. Dari sekian banyak pasien Myasthenia Gravis, 14 % hanya dengan gejala-gejala mata saja yang mengarah pada ocular Myasthenia Gravis.
Myasthenia Gravis juga menyerang otot-otot wajah, laring dan faring. Keadaan ini dapat menyebabkan regurgitasi melalui hidung jika pasien mencoba menelan (otot-otot palatum), menimbulkan suara yang abnormal atau suara nasal (sengau) serta gangguan bicara (dysarthria), dan pasien tidak mampu menutup mulut, yang dinamakan sebagai tanda rahang menggantung.
Terserangnya otot-otot pernafasan terlihat dari adanya batuk yang lemah, dan akhirnya dapat berupa serangan dispnea (ketidak nyamanan dalam bernafas) dan pasien tidak lagi mampu untuk membersihkan lendir dari trakhea dan cabang-cabangnya. Pada kasus lanjut, gelang bahu dan panggul dapat terserang pula, dapat pula terjadi kelemahan pada semua otot-otot rangka.
Terserangnya otot-otot pernafasan terlihat dari adanya batuk yang lemah, dan akhirnya dapat berupa serangan dispnea (ketidak nyamanan dalam bernafas) dan pasien tidak lagi mampu untuk membersihkan lendir dari trakhea dan cabang-cabangnya. Pada kasus lanjut, gelang bahu dan panggul dapat terserang pula, dapat pula terjadi kelemahan pada semua otot-otot rangka.
Kelemahan otot pada Myasthenia Gravis meningkat pada saat aktivitas yang terus menerus dan membaik setelah periode istirahat. Pasien akan mengalami penurunan tenaga sepanjang hari, dengan kecenderungan kelelahan dalam satu hari, atau menjelang berakhirnya aktivitas. Jika dibiarkan, keluhan umum yang dialami oleh pasien biasanya berkembang menjadi kesulitan pengunyahan selama makan. Gejala dari berbagai kelemahan tersebut cenderung menjadi lebih buruk dengan adanya berbagai macam stress, kepanasan, infeksi serta pada penderita dengan akhir masa kehamilan. Terlalu sedih, stres, kelelahan, marah atau terlalu gembira bisa mengakibatkan penderita MG mengalami kekambuhan bahkan sampai mengalami gagal napas karena saraf-saraf napas tidak bisa bergerak.
Penyebab
Miastenia Gravis disebabkan oleh adanya kegagalan dalam transmisi impuls saraf pada sambungan saraf ke otot. Secara teoritis, gangguan ini dapat disebabkan oleh reaksi autoimun atau gangguan pada aktivitas neurotransmiter. Pada miastenia gravis, sistem imunitas tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang suatu reseptor pada sambungan saraf ke otot (neuromuscular junction), yaitu reseptor yang berespon pada rangsangan asetilkolin. Dengan demikian, terjadi gangguan antara sel saraf dengan otot.
Pada banyak kasus, faktor penyebab penyakit Myasthenia Gravis ini masih bersifat idiopatik atau belum jelas. Namun, ada beberapa faktor yang diduga memicu penyakit ini, misalnya:
-Penicillamine, obat ini diduga memicu penyakit-penyakit autoimun termasuk myasthenia gravis.
-antibodi AChR. Hampir 90% dari kasus MG ditemukan adanya antibodi AChR.
-Obat-obatan yang memicu gejala-gejala MG, antara lain: antibiotik (aminoglycosides, ampicillin), Beta-adrenergic receptor blocking agents, Lithium, Procainamide, Verapamil, Quinidine, Chloroquine, anticholinergics dan timolol.
Intinya, myasthenia gravis terjadi dikarenakan autoimun.
-Penicillamine, obat ini diduga memicu penyakit-penyakit autoimun termasuk myasthenia gravis.
-antibodi AChR. Hampir 90% dari kasus MG ditemukan adanya antibodi AChR.
-Obat-obatan yang memicu gejala-gejala MG, antara lain: antibiotik (aminoglycosides, ampicillin), Beta-adrenergic receptor blocking agents, Lithium, Procainamide, Verapamil, Quinidine, Chloroquine, anticholinergics dan timolol.
Intinya, myasthenia gravis terjadi dikarenakan autoimun.
Gejala
Gejala dapat muncul secara tiba-tiba. Sebagian besar penderita awalnya mengalami rasa lemah pada kelopak mata. Kelopak mata menutup dan penglihatan ganda merupakan tanda-tanda awal terjadinya gangguan ini. Karena kelopak mata yang menutup, penderita harus menaikkan kepalanya ke arah belakang untuk dapat melihat, namun otot leher juga dapat menjadi terlalu lemah untuk menyangga kepala.
Pada 90 % penderita, gejala awal berupa gangguan pada otot-otot ocular yang menimbulkan ptosis (menurunnya kelopak mata) dan diplopia (penglihatan ganda). Diagnosis dapat ditegakkan dengan memperhatikan otot-otot levator palpebrae kelopak mata. Bila penyakit hanya terbatas pada otot-otot mata saja, maka perjalanan penyakitnya sangat ringan dan tidak akan menyebabkan kematian.
Gejala dominan penyakit ini adalah kelemahan otot-otot skeletal dan kelelahan. Pada tahap awal, mudah terjadi kelemahan pada otot, tanpa ditemukan adanya gejala yang lain. Pada akhirnya, gejala ini dapat semakin parah dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Biasanya, otot terasa kuat pada pagi hari dan semakin lemah kemudian, terutama setelah melakukan latihan atau aktivitas fisik. Istirahat singkat dapat mengembalikan fungsi otot untuk sementara. Kelemahan otot kemudian semakin berkembang, sampai akhirnya beberapa otot menjadi tidak dapat berfungsi sama sekali.
Gejala yang muncul tergantung pada kelompok otot yang terkena. Gejala menjadi lebih jelas ketika penderita menstruasi, mengalami stres emosional, terpapar udara dingin atau sinar matahari terlalu lama, atau terkena infeksi.
Penderita dapat mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan. Penderita juga dapat mengalami kesulitan bernafas, karena kelemahan otot-otot pernafasan. Penderita krisis miastenik (gangguan pernafasan yang muncul tiba-tiba) dapat terkena pneumonia dan infeksi saluran pernafasan lainnya. Situasi ini dapat bertambah parah sehingga memerlukan ventilasi mekanis serta saluran udara darurat.
Penderita dapat mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan. Penderita juga dapat mengalami kesulitan bernafas, karena kelemahan otot-otot pernafasan. Penderita krisis miastenik (gangguan pernafasan yang muncul tiba-tiba) dapat terkena pneumonia dan infeksi saluran pernafasan lainnya. Situasi ini dapat bertambah parah sehingga memerlukan ventilasi mekanis serta saluran udara darurat.
Gejala yang diderita oleh penderita MG antara lain kesulitan menelan (dysphagia), kelopak mata turun (ptosis), kesulitan berbicara (dysarthria), dan penglihatan ganda (diplopia). Sebagian besar penderita MG memiliki wajah yang khas. Matanya terlihat seolah-olah mengantuk. Lemahnya otot pada leher membuat kepala si penderita sering terjatuh ke depan atau kebelakang.
Komplikasi
Myasthenia gravis ditandai dengan lemahnya berbagai otot pada tubuh. Dan apabila otot pernafasan melemah, maka akan terjadi gagal pernafasan akut. Ini merupakan salah satu komplikasinya.
Kesulitan menelan (dysphagia).
Kesulitan menelan (dysphagia).
Komplikasi lainnya juga bisa terjadi akibat obat yang dikonsumsi. Misalnya penggunaan steroid jangka panjang. Komplikasi yang ditimbulkan seperti katarak, hipertensi, dan hiperglikemia (kadar gula darah naik).
Mencegah dan Merawat Myasthenia gravis
Sebenarnya penyakit ini tidak dapat dicegah secara langsung, namun dapat dihindari dengan cara:
– mengurangi stress emosional
– jangan bekerja terlalu keras
– menghindari paparan langsung suhu ekstrim
– menghindari demam dan penyakit lain seperti infeksi pernafasan, pneumonia, abses gigi
– Tentukan waktu makan rutin
= makan makanan yang lunak dan hindari makanan lengket yang memerlukan banyak mengunyah (go sehat . Com)My
– mengurangi stress emosional
– jangan bekerja terlalu keras
– menghindari paparan langsung suhu ekstrim
– menghindari demam dan penyakit lain seperti infeksi pernafasan, pneumonia, abses gigi
– Tentukan waktu makan rutin
= makan makanan yang lunak dan hindari makanan lengket yang memerlukan banyak mengunyah (go sehat . Com)My
Tidak ada komentar:
Posting Komentar